Sepenggal cerita mengenai seorang bapak yang menjadi inspirasi gue
beliau memang bukanlah orang hebat di mata manusia pada umumnya, beliau adalah seorang pedagang sekoteng keliling yang mana setiap hari lewat depan rumah gue.
Teng.. Teng… Teng…
begitu bunyi mangkuk yang dipukul pakai sendok sebagai tanda beliau lewat dengan gerobak sekotengnya.
Sebenarnya memang tidak ada hal spesial dari bapak Sekoteng ini, seperti layaknya pedagang Sekoteng biasa dengan gerobaknya berjualan keliling setiap malam hari. Tapi dalam hati gue sendiri, gue merasa bapak Sekoteng ini begitu spesial karena ketekunannya dalam berjualan.
Selalu terpikir dalam benak gue, beliau harus berjalan hampir 8 jam setiap malam dari pukul 7 malam hingga jam 3 subuh untuk menjajakan sekotengnya yang mana cuaca udah dingin dan orang – orang udah pada tertidur lelap ketika beliau lewat.
Harga satu mangkuk sekoteng hanyalah tiga ribu rupiah
yang mana butuh 30 mangkuk untuk mendapatkan uang sebesar sembilan puluh ribu rupiah yang di jaman sekarang ini sudah sangat kecil nilainya. Intinya masih dibawah 100rb.
Hal yang membuat gue begitu terinspirasi dari si bapak Sekoteng ini adalah ketika gue merasa lelah setelah beraktivitas seharian dan malam itu hujan sangat deras sampai depan rumah gue udah banjir, ketika gue dengan enaknya rebahan sambil nonton TV, beliau tetaplah berkeliling mendorong gerobaknya sambil juga memegang payung menerobos banjir.
Semangat dan juga ketekunan yang beliau miliki membuat gue juga kembali bersemangat setiap harinya dan berhasil ngebuat gue selalu bersyukur bahwa gue memiliki banyak hal yang sangat amat baik jika dibandingkan dengan bapak Sekoteng.
si bapak selalu melayani dengan senyuman ramah yang menghangatkan hati.
Memang, beliau bukanlah orang hebat selayaknya, akan tetapi semangkuk Sekoteng hangat setiap malam selalu berhasil membuat gue relaks dan menjadikan gue manusia yang lebih baik setiap harinya.